Mencicipi Vietnam: pembuka yang bikin laper
Nulis ini sambil elus-elus perut yang ingat terus sama pho hangat dari Hanoi — serius, ada hubungan cinta sejati antara aku dan semangkuk kaldu itu. Vietnam itu kaya, bukan cuma soal pemandangan indah, tapi juga soal makanan yang nempel di hati. Dari warung pinggir jalan sampai kafe hipster, semua ngajarin satu hal: makan tuh ritual. Yuk, aku ajak kamu jalan-jalan kuliner dan budaya ala catatan diary orang yang kadang laper di malam hari.
Ngemil sampai kenyang: makanan khas yang wajib dicoba
Kalau mau mulai dari yang iconic, jangan lewatkan pho — sup mie berkuah bening yang bisa bikin mood langsung naik. Di Selatan ada pho dengan gaya sedikit beda, tapi intinya tetap hangat dan menenangkan. Terus ada banh mi: roti baguette hasil jejak kolonial Prancis yang diisi daging, sayur acar, dan sambal — cemilan jalanan paling juara buat sarapan sambil jalan.
Bun cha (Hanoi), bun bo Hue (spicy dari Hue), dan cao lau (special Hoi An) juga harus dicatat. Kalau suka kopi, probihkan cà phê sữa đá (kopi susu es) dan yang legendaris: cà phê trứng (egg coffee) di Hanoi — teksturnya creamy, rasanya unik banget, kayak dessert di cangkir kopi.
Jangan lupa dessert dan minuman manis: chè (semacam sup manis atau puding tradisional) beragam isiannya, seringnya pakai kacang, jelly, dan santan. Street food culture di Vietnam itu hidup banget — dari penjaja kecil sampai pasar malam, semuanya penuh warna dan aroma yang menggoda.
Bajunya cakep, adatnya juga oke: budaya yang hangat
Selain makan, budaya Vietnam itu hangat dan penuh cerita. Kamu bakal lihat banyak keluarga berkumpul di warung, dan respect ke orang tua sangat dijunjung. Ada baju tradisional ao dai yang elegan, pagoda yang beraroma dupa, dan sisa sejarah dari masa perang yang tersimpan rapi di museum-museum (bikin mata berkaca-kaca juga kadang).
Kalau ke desa atau pasar, siap-siap disapa ramah sama penduduk lokal — kadang mereka sukar bahasa Inggris, tapi senyuman itu universal. Festival dan upacara keagamaan masih sering dirayakan, jadi kalau beruntung kamu bisa lihat atraksi lokal tradisional yang keren banget.
Perjalanan seru, jangan panik dulu
Praktisnya: buat pembaca Indonesia, Vietnam relatif gampang diakses. Penerbangan dari Jakarta ke Hanoi atau Ho Chi Minh City banyak pilihannya. Visa? Cek aturan terbaru karena sering berubah—beberapa negara dapat e-visa, tapi selalu konfirmasi dulu sebelum berangkat.
Uang di Vietnam pakai Dong (VND). Harga tampak besar karena angka nolnya banyak, tapi jangan salah, barangnya tetap terjangkau. Bawa aplikasi konversi mata uang biar nggak salah hitung saat belanja di pasar. Di sini juga sering menerima kartu di tempat-tempat besar, tapi selalu sedia cash buat warung kecil dan tukang ojek.
Tips biar liburan gak galau
Beberapa tip simpel yang aku pakai dan nggak nyesel: pertama, belajar beberapa frasa dasar Vietnam — “cảm ơn” (terima kasih) dan “xin chào” (halo) bakal membuka pintu senyum. Kedua, tawar-menawar itu bagian dari pasar, tapi tetap sopan. Ketiga, kalau mau naik motor/moped, harganya murah tapi traffic bisa brutal; kalau ragu, naik Grab atau bus lokal lebih aman.
Perhatikan juga kebersihan makanan: pilih warung yang ramai — itu tanda fresh. Bawalah hand sanitizer, dan kalau punya perut sensitif, hindari es yang tampak dari air keran sembarangan. Untuk koneksi, beli SIM card lokal di bandara, harganya oke dan internet cepat buat upload foto makanan (prioritas nomor satu, ya kan?).
Oiya, buat referensi perjalanan yang absurd tapi lucu dan penuh rekomendasi, aku nemu beberapa cerita seru di kemdongghim, semacam bacaan bonus biar makin mupeng.
Pilih rute, jangan bingung
Rute favorit: mulai dari Hanoi (kuliner dan budaya), lanjut ke Halong Bay buat nature, lalu naik kereta atau pesawat ke Hue dan Hoi An (banyak sejarah dan makanan lokal), terus turun ke Da Nang atau Nha Trang buat pantai, dan terakhir ke Ho Chi Minh City buat energi urban yang kenceng. Tapi santai, Vietnam enak dijelajah tanpa agenda ketat — sering kali momen terbaik muncul pas kamu cuma duduk di warung kopi sambil ngeliatin dunia lewat.
Penutup: pulang bawa rasa
Intinya, Vietnam itu bukan cuma destinasi — dia pengalaman yang membuat perut, mata, dan hati happy. Bawa pulang oleh-oleh? Boleh, tapi jangan lupa bawa pulang cerita: pengalaman makan di warung, ngobrol sama penduduk lokal, dan kejutan-kejutan kecil yang bikin perjalanan jadi cerita seru di timeline hidupmu. Selamat jalan-jalan — dan siapin ruang kosong di perut, karena kamu bakal sering banget makan lagi.