Ngiler di Vietnam: pembuka singkat dari catatan jalan
Jujur, tujuan utama ke Vietnam buat aku bukan pemandangannya dulu—tapi makanannya. Dari Hanoi sampai Ho Chi Minh, tiap sudut kota kayak ngajak kamu makan. Ini bukan promosi restoran mahal, tapi catatan perjalanan ala anak kos yang ngiler lihat pho terenak se-Asia dan kebiasaan lokal yang bikin trip makin seru. Kalau kamu baca ini sambil laper, siap-siap deh scroll sambil nyari tiket murah.
Makanan yang bikin lidah goyang (dan dompet tetap aman)
Oke, list wajib cobain: pho (sup mie kaya rasa), banh mi (rots-isi segala macem—roti Prancis versi Vietnam), bun cha (babi panggang plus mie), com tam (nasi patah, biasanya dengan iga atau telur), goi cuon (fresh spring rolls), dan egg coffee yang bikin pagi kamu nggak biasa. Kelezatan street food di Vietnam itu legit—murah, segar, dan seringnya dibuat di depan mata kamu. Nggak perlu takut makan di gerobak; selama ramai, itu pertanda aman dan enak.
Untuk Muslim reader: Viet Nam bukan negara mayoritas Muslim, jadi pilihan halal agak terbatas di beberapa kota besar. Cari restoran dengan label halal atau pilih seafood dan sayur-sayuran. Kalau ragu, bertanya aja sopan. Kalau mau referensi tempat makan kece, pernah nemu link berguna di tengah perjalanan kemdongghim yang sempet bikin aku nyoba beberapa spot.
Naik motor? Hati-hati, bro! (Tapi seru bangets)
Pemandangan ikonik: lautan motor yang melaju rapi banget tapi rasanya chaos. Tips sederhana: kalau mau nyebrang di kota besar, jangan lari—jalan pelan aja dan biarkan arus motor mengalir di sekitarmu. Sewa motor kalau pede, tapi pakai helm, bawa SIM internasional, dan pastikan asuransi kalau perlu. Ojek online juga tersedia dan lebih aman buat pemula.
Ngobrol sama orang lokal: bahasa, sikap, dan hal kecil yang bikin beda
Banyak orang Vietnam bisa bahasa Inggris dasar di area wisata, tapi usaha ngomong sedikit bahasa mereka selalu dihargai. Coba ucapkan “xin chào” (halo) atau “cảm ơn” (terima kasih). Selain itu, sopan santun itu penting: hindari menyentuh kepala orang (katanya sensitif), dan waktu masuk kuil biasanya kudu lepas sepatu dan berpakaian sopan. Jangan terlalu ribut di tempat ibadah—isan rasa hormat, bro.
Saran ala kakak keluyuran: praktis dan ngga ribet
Beberapa catatan penting sebelum kamu cabut ke Vietnam: tukar sedikit uang ke Dong di bandara atau ATM (banyak tempat cash-only), beli SIM lokal untuk data murah (cukup penting kalau mau pakai maps), dan pelajari harga kisaran sup seperti pho atau banh mi supaya nggak ketipu. Tawar-menawar itu biasa di pasar, tapi jangan lebay; mulailah dengan menawar 20-30% dari harga awal dan cek barang kualitasnya dulu.
Jangan minum air keran, biasanya beli air mineral. Bawa juga tisu basah dan hand sanitizer—makanan jalanan enak sih, tapi kondisi kadang remang-remang. Kalau kamu muslim dan khawatir soal makanan, ada aplikasi dan grup komunitas yang share lokasi restoran halal di Vietnam.
Culture shock? Tenang, santai aja
Kebiasaan lokal yang bikin senyum: orang Vietnam ramah dan suka bantu, bahkan kalau kamu kebingungan baca menu. Mereka juga disiplin dalam hal antrean dan kerja keras. Kadang ada budaya “makan bareng satu mangkok” yang bikin aku belajar berbagi (dan menjaga sopan santun waktu ambil porsi). Hal kecil seperti membungkuk tipis saat mengucap terima kasih ke penjual juga bikin pengalamanmu berkesan.
Akhir kata: pulang bukan berarti lupa
Setiap perjalanan pulang selalu tinggalkan rasa rindu, terutama sama makanan yang nggak mudah ditemukan di rumah. Vietnam itu hotspot buat yang doyan kuliner, petualangan dengan budget, dan foto-foto estetik di lorong-lorong tua. Catatan ini sebagian kecil dari ribuan momen yang aku kumpulin—semoga bisa bikin kamu berani packing, dan kalau pulang jangan lupa bawa oleh-oleh: bumbu, saus, atau cerita kocak waktu nawar sop buah di pasar malam.
Kalau kamu mau, nanti aku tulis lagi detail rute hemat, rekomendasi warung, dan checklist barang wajib bawa biar perjalananmu makin lancar. Siap-siap ngiler, ya!